Jumat, 01 November 2013

Kumpulan kata - kata bijak mario teguh

Orang yang malas telah membuang kesempatan yang diberikan Tuhan, padahal Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia.
Jangan nilai orang dari masa lalunya karena kita semua sudah tidak hidup di sana. Semua orang bisa berubah, biarkan mereka membuktikannya.
Jadikan kepandaian sebagai kebahagiaan bersama, sehingga mampu meningkatkan rasa ikhlas tuk bersyukur atas kesuksesan.
Kadang kamu harus buat keputusan tuk mengalah, atau kamu akan kehilangan dia yang kamu cinta hanya karena kamu keras kepala.
Dalam cinta, ketika ada yang berbeda, jangan mencari siapa yang salah, karena kamu dan dia adalah tim yang sama dengan tujuan yang sama.
Orang yang bisa mengendalikan emosinya adalah pemenang hidup sejati.
Jika bertanya, jangan mendiktekan jawabannya, agar informasi baru bisa bertamu.
Sebenarnya tantangannya bukan me-manage waktu tapi me-manage diri kita sendiri.
Anda mengetahui apa yang sharusnya tidak dilakukan ketika Anda "gagal". Jadi Anda menciptakan pengetahuan baru dan itu bukan kegagalan.
Lebih mudah melakukan sesuatu dengan benar daripada menjelaskan mengapa Anda tidak melakukannya dengan benar.
Seringkali kamu ragu untuk mengucapkan apa yang ada dihatimu karena kamu tidak yakin dia akan mendengarkanmu.
Yang penting itu bukan apa yang kita ketahui tapi apa yang kita bersedia pelajari.
Jgn menyerang orang karena iri ; dengki agar relasi dan rejeki terus bersemi dalam hidup ini.
Pria, Jika wanita marah, ajaklah dia berbelanja atau ke salon. Niscaya amarahnya langsung hilang.
Meski disakiti berkali-kali, wanita bijak tetap bisa memafkan dan semakin tegar seperti batu karang.
Makanan enak yang ditawarkan ke pria yang sedang marah, akan memedam amarahnya.
Menangis mungkin bukan solusi tapi terkadang dapat menjadi obat penenang.
Wanita bijak seperti angsa diatas air. Anggun namun tetap bekerja. Tetap tegar meski terluka.
Jangan pikirkan kegagalan kemarin, hari ini sudah lain, sukses pasti diraih selama semangat masih menyengat.
Marilah kita membaikkan diri, sebelum menyesal pun tidak ada gunanya.
Wahai Yang Maha Lembut,manjakanlah hatiku yang sendiri ini, bahagiakanlah aku dalam pernikahan yang penuh cinta, yang mesra, yang setia.
Wahai Yang Maha Cinta, sandingkanlah aku dengan jiwa pilihan-Mu, yang karena kebaikanku - baikkanlah ia, tapi jika ia lebih baik - baikkanlah aku.
Bukan kemiskinan yang merendahkan, tapi hati yang menistai kebaikannya sendiri.
Tuhan, sesungguhnya kedamaianku hanya seperkasa keberserahanku kepada kekuasaan-Mu. Aku mohon Engkau menegaskan hatiku untuk menetapkan pilihanku.
Tuhan, kami titip Ibunda kami ya? Mohon dijaga, disayangi, dan dipastikan bahwa hatinya damai dan bahagia.
Burung tidak akan bisa terbang sebelum ia mencoba mengepakkan sayap. Kita pun begitu, jika ingin bisa melakukan sesuatu, kita harus mencoba.
Senyuman adalah obat gratis yang mampu membuat awet muda dan menambah kecantikan/ketampanan secara instan dan otomatis.
Hidup terasa manis bagi yang berpikir demikian, pahit bagi yang berpikir sebaliknya.
Orang sombong biasanya suka mengatakan hal berlebihan yang sebenarnya tidak ada padanya.
Orang yang emosional biasanya kurang rasional hingga tindakannya tidak proporsional.
Kesabaran memang penuh ujian, jika anda selalu lulus, kemenangan itu akan permanen selamanya.
Tuhanku, teduhkanlah hatiku dan pagari aku dengan malaikat-Mu malam ini agar esok pagi aku terbangun dengan damai. Amin.
Jangan sedih bila belum dipromosi karena tidak pandai cari muka, 'muka' akan datang jika anda tetap bekerja dengan hati.
Tuhan Yang Maha adil, berikanlah aku keadilan atas mereka yang telah melukaiku dengan sengaja. Amin.
Jangan sedih bila sekarang masih dipandang sebelah mata, buktikan bahwa anda layak mendapatkan kedua matanya.

Makalah tentang tuna rungu






Pembahasan tuna rungu


Pengertian Tunarungu
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baiksebagian atau seluruhnya yag diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengaranya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks.


Klasifikasi Ketunarunguan
Pada umumnya klasifikasi anak tunarungu dibagi atas dua golongan atau kelompok besar yaitu tuli dan kurang dengar.
Orang tuli adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar sehingga membuat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik itu memaki atau tidak memakai alat dengar
Kurang dengar adalah seseorang yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan mendengar, akan tetapi ia masih mempunyai sisa pendengaran dan pemakaian alat Bantu dengar memungkinkan keberhasilan serta membantu proses informasi bahasa melalui pendengaran.
Klasifikasi anak tunarung menurut Samuel A. Kirk :
0 db :
Menunjukan pendengaran yang optimal
0 – 26 db :
Menunjukan seseorang masih mempunyai pendengaran yang optimal
27 – 40 db :
Mempunyai kesulitan mendengar bunyi – bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara .
( tergolong tunarungu ringan )
41 – 55 db :
Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara
( tergolong tunarungu sedang )
56 – 70 db :
Hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih punya sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat Bantu dengar serta dengan cara yang khusus
(tergolong tunarungu berat )
71 – 90 db :
Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang – kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan khusus yang intensif, membutuhkan alat Bantu dengar dan latihan bicara secara khusu
( tergolong tunarungu berat )
91 db :
Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada penglihatan dari pada pendengaran untuki proses menerima informasi dan yang bersangkutan diangap tuli ( tergolong tunarungu berat sekali )
Karakteristik Tunarungu
Karakteristik Tunarungu dalam segi emosi dan social
1. Egosentrisme yang melebihi anak normal.
2. Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas.
3. Ketergantungan terhadap orang lain
4. Perhatian mereka lebih sukar dialihkan.
5. Mereka umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa banyak masalah.
6. Mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung.

Ciri-Ciri Anak Berkelainan Pendengaran
a. Psikomotor
1.   cenderung mendapat infeksi telinga.
2.   memiliki sikap badan yang kurang baik.
3.   memperlihatkan gerak tanpa tujuan
4.   berjalan dengan menyeret kaki
5.   Keseimbangan (statis dan dinamis) dan kelincahan biasanya kurang pada peserta didik berpendengaran terbatas dengan komplikasi telinga di dalam.
b. Kognitif
1.   Kemampuan memahami abstrak biasanya terpengaruh.
2.   Kekurangan dalam berkomunikasi merupakan tantangan terbesar dari peserta didik yang berpendengaran terbatas
3.   Kemampuan bahasa dari yang berpendengaran terbatas sering meningkat dengan menggunakan alat pendengar yang memperkeras suara.
4.   Pembaca bibir yang paling kompeten mungkin hanya dapat menangkap ucapan orang lain sebanyak 25 %.


Strategi Instruksional
a. Psikomotor
1.   Berikan bantuan khusus dalam menggunakan bantuan visual, seperti papan pengumuman, papan tulis, pita video
2.   Gunakan indera lain untuk instruksional
3.   Hindari suara yang terlalu banyak dalam ruang, kolam renang atau lapangan permainan
1.   Berikan model dari sikap static dan dinamis yang baik
2.   Gunakan peserta didik yang normal dan anda sendiri sebagai model.
3.   Berikan aktivitas untuk kekuatan kardiovaskuler, kelentukan paling kurang 3 kali per minggu
4.   Hindari aktivitas memanjat seperti tali tangga dan perkakas.
b. Kognitif
1.   Jangan perlakukan peserta didik berpendengaran terbatas sebagai yang bermental terbelakang.
2.   Menirukan gerak yang didemonstrasikan adalah cara berkomunikasi yang penting bagi guru pendidikan jasmani.
3.   Gunakan penangkap perhatian, dengan berbagai cara seperti mengangkat tangan, menghentakkan kaki, alat control jauh, cahaya senter dan bendera berwarna.
c. Afektif
1.   Aktivitas social harus menjadi prioritas tertinggi.
2.   Ambil tindakan sedini mungkin terhadap anak-anak berpendengaran terbatas karena keturunan
3.   Kelas dari peserta didik yang berpendenagaran sangat terbatas harus terdiri dari hanya 7-10 orang
4.   Menurut saat terjadinya ketunarunguan dapat digolongkan menjadi
tiga, yaitu:
a. Masa Pre Natal
Masa pre natal tuna rungu dapat disebabkan oleh :
1). Faktor Hereditas (keturunan)
Yaitu anak yang menderita tuna rungu karena diantara
keluarganya, terutama aya h dan ibunya atau kakek neneknya penderita
tuna rungu, jadi kecacatan atau tuna rungu itu berasal dari
keluarganya.
2). Pada waktu ibu mengandung
Menderita suatu penyakit, misalnya penyakit campak, cacar air,
malaria, sehingga penyakit itu berpengaruh pada anak yang
dikandungnya dan dapat menganggu pendengaran anak.
3). Terjadinya kerancuan pada janin karena pengaruh obat
Ketika ibu mengandung, kemudian ibu meminum obat terlalu
keras misalnya dalam jumlah besar.
b. Masa Natal
Ketunarunguan pada masa natal atau saat kelahiran bayi, ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : karena proses kalahiran ini
mengalami kesuburan sehingga memerlukan alat pertolongan dengan
menggunakan tangan, yang memungkinkan mengenai otak besar dan dalam otak itu terdapat banyak saraf, salah satunya adalah otak saraf
pendengaran, yang mengakibatkan anak menjadi kurang pendengarannya.
c. Masa Past Natal
Adalah masa past natal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain :
1). Karena penyakit : anak menderita panas yang sangat dan terlalu
tinggi akibatnya dapat melemahkan saraf pendengarannya.
2). Otetis medis yang kronis.
3). Cairan otetis medis yang kurang menyebabkan kehilangan
pendengaran secara kondusif (tuli kondusif).
Aktivitas yang Disarankan dan Dilarang
a. Kebugaran Jasmani dan Gerak
Sebagaimana telah diutarakan, banyak peserta didik berpendengaran terbatas membutuhkan program yang memberikan tekanan kepada kebugaran karena mereka cenderung lebih banyak duduk. Berbagai macam aktivitas yang memerlukan kekuatan, daya tahan kardiovaskuler dan kelentukan perlu sedikit disesuaikan atau tidak sama sekali bagi peserta berpendengaran terbatas. Banyak latihan kebugaran yang dapat dilakukan tanpa peralatan, dapat dilakukan dengan posisi rendah atau di tanah. Bila latihan dengan sikap tubuh biasanya tegak, peserta didik yang berpendengaran terbatas yang mempunyai masalah keseimbangan harus diperbolehkan mengambil posisi dengan pusat gravitasi yang rendah. Mereka yang tidak memiliki masalah keseimbangan tidak diperlukan penyesuaian, mereka harus diizinkan berpartisipasi sepenuhnya dalam aktivitas yang berkaitan dengan kesegaran ,termasuk:
·        Angkat Besi
·        Angkat Berat dengan system Universal
·        Latihan Kekuatan Isometrik
·        Senam
·        Lari jarak sedang dan jauh
·        Tes Kesegaran Jasmani
·        Latihan Sirkuit Berorientasi Kesegaran
·        Latihan lari Rintangan berorientasi Kesegaran
·        Program Latihan Rintangan Berorientasi Kesegaran
·        Aktivitas Mengetes Diri Untuk Meningkatkan Kesegaran
b. Keterampilan dan Pola Gerak Dasar
Di samping bentuk baku dari perkembangan keterampilan gerak yang harus diajarkan kepada semua peserta didik, peserta didik berpendengaran terbatas membutuhkan aktivitas yang meningkatkan orientasi irama, sikap tubuh dan keseimbangan.
Satu metode yang tidak menakutkan, yang dapat digunakan mengembangkan keterampilan dasar itu adalah pendidikan gerak(movement education).Penemuan dan eksperimentasi yang terpimpin tentang gerak yang baru dan yang telah dikenal sebagai satu pendekatan yang digunakan dalam pendidikan gerak, dapat membantu mengurangi rasa cemas terhadap gerak pada umumnya. Selain itu, setelah berpartisipasi dalam berbagai macam gerak, rasa cemas peserta didik mungkin akan berkurang apabila gerak baru diperlukan di masa yang akan datang.
Aktivitas keseimbangan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi peserta didik berpendengaran terbatas yang pada umumnya kurang baik dalam keseimbangan. Walaupun pusat keseimbangan tidak dapat diperbaiki, keseimbangan seakan-akan dapat diperbaiki dengan meningkatkan kepekaan indera lain terutama kinestetik dan visual. Tugas keseimbangan yang sederhana dengan factor bahaya kecil adalah tugas yang dilakukan di lantai dengan sikap bungkuk atau berdiri. Aktivitas yang ada unsure tinggi (Tangga, Tali, Balok keseimbangan yang tinggi) pada umumnya harus dihindarkan. Aktivitas memutar tubuh juga tidak disarankan bagi peserta didik yang memiliki masalah keseimbangan.
Irama dapat secara efektif diajarkan dengan menggunakan penglihatan, pendengaran residual, indera peraba dan kinestetik. Banyak bentuk gerak seperti berbaris dapat diajarkan dengan berhasil dengan melalui cara menirukan. Lonceng, peluit, dengan nada rendah, fonograf, mikrofon dan megafon dapat menimbulkan getaran yang dapat dirasakan oleh peserta didik berpendengaran terbatas.
c. Aktivitas Individual dan Kelompok
Peserta didik berpendengaran terbatas dapat berhasil dalam semua tipe permainan individual, ganda dan kelompok, Berikut diberikan beberapa saran penyesuaian dan pedoman untuk individual dan kelompok (French dan Jasma:1982,197):
1.   Permainan dengan sedikit peraturan, tidak ada unsure salah, dengan batasan-batasan minimal akan meningkatkan keberhasilan dengan cepat. Permainan tradisi apapun dapat dimodifikasi, kadangkala diperlukan bantuan peserta didik lain agar tujuan dapat dicapai.
2.   Bila peraturan permainan perlu dipatuhi, sungguh-sungguh, guru pendidikan jasmani harus menggunakan bantuan visual dan usahakan agar peraturan dasar dan isyarat sepenuhnya dipahami oleh semua peserta sebelum aktivitas dimulai.
3.   Peserta didik berpendengaran terbatas dapat diberikan bahan tertulis untuk melengkapi instruksi. Bahan tersebut dapat mengulangi peraturan dan strategi permainan yang telah diperkenalkan dalam kelas.
4.   Untuk aktivitas yang memungkinkan terjadi kepala ada kontak dengan benda atau orang lain, semua alat Bantu pendengaran harus dilepas. Aktivitas ini tidak disarankan untuk peserta didik yang cenderung akan lebih merusak mekanisme pendengaran. Aktivitas seperti tinju, sepak bola, Amerika termasuk dalam kategori ini.
5.   Permaianan yang harus menutup mata dengan kain tidak disarankan untuk semua peserta didik yang pendengaranya tidak memadai.
6.   Gunakan peluit dengan suara rendah. Tidak semua peluit mempunyai tingkat Hz yang tetap.
7.   Golf mensyaratkan teman bermain yang berpendengaran baik untuk bereaksi terhadap teriakan “Bola”.
Unsur social dalam permainan sama pentingnya dengan perolehan dan pemeliharaan keterampilan jasmani. Kemampuan dalam aktivitas waktu luang juga bernilai bagi berpendengaran terbatas setelah meninggalkan lembaga pendidikan.

Kemampuan Umum Anak Tuna Rungu
Anak penyandang tuna rungu pada dasarnya tidak terlalu memiliki karakteristik dan kemampuan umum yang berbeda dengan anak-anak normal yang lainnya. Kemampuan umum anak tuna rungu dalam pendidikan jasmani dan olahraga hampir sama dengan kemampuan anak-anak normal, hanya saja pada anak tuna rungu agak terganggu dan terhalang jika aktivitas tersebut menggunakan suara-suara sebagai aba-abanya. Terlebih lagi pada anak yang tuli yang sama sekali sulit untuk dapat mendengar suara sebagai aba-aba, akan terhalang dalam aktivitas dan kemampuannya.
Psikologis dan sosial anak tunarungu
Anak penyandang tuna rungu pada dasarnya tidak terlalu memiliki karakteristik dan kemampuan umum yang berbeda dengan anak-anak normal yang lainnya. Kemampuan umum anak tuna rungu dalam pendidikan jasmani dan olahraga hampir sama dengan kemampuan anak-anak normal, hanya saja pada anak tuna rungu agak terganggu dan terhalang jika aktivitas tersebut menggunakan suara-suara sebagai aba-abanya. Terlebih lagi pada anak yang tuli yang sama sekali sulit untuk dapat mendengar suara sebagai aba-aba, akan terhalang dalam aktivitas dan kemampuannya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita mendengar banyak peristilahan yang muncul. Untuk anak yang mengalami kelainan pendengaran, ada yang mengatakan “Tuli, bisu, tunawicara, cacat dengar, kurang dengar ataupun tunarungu” Istilah-istilah dan pandangan tersebut tidaklah semuanya benar, sebab bila memperhatikan pengertian dari masing-masing kata menimbulkan pengertian yang kabur, dan tidak dapat menggambarkan kepada keadaan yang sebenarnya. Namun istilah yang lazim dipergunakan dalam pendidikan luar biasa adalah Tunarungu.
Peserta didik yang mengalami gangguan pendengaran , sering juga disebut dengan anak tunarungu. Ada dua macam pengertian atau definisi mengenai ketunarunguan sesuai dengan bidang garapan yang memandangnya, yaitu pengertian berdasarkan medis dan pengertian berdasarkan pedagogis.
Secara medis ketunarunguan berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan fungsi dari sebagian atau seluruh alat/organ-organ pendengaran.
Sedangkan secara pedagogis ketunarunguan adalah kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan, sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus. Kemudian Dwidjosomarto dalam Somad (1996) yang mengutip pendapat dari hasil seminar pada tahun 1988 di Bandung menyebutkan” bahwa tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai ransangan terutama melalui indera pendengaran.
Bila memperhatikan dari ketiga defenisi tersebut maka dapat di-simpulkan bahwa “tunarungu adalah mereka yang kekurangan atau kehilang pendengaran walaupun telah diberikan rangsangan tetapi tetap tidak dapat memahami atau menangkap reaksi yang ada, sehingga menghambat terhadap perkembangannya, dan dampaknya kepada kehidupan yang kompleks dengan demikian perlu layanan bimbingan dan pendidikan khusus.
Dampak terhadap kehidupannya secara kompleks mengandung arti bahwa akibat dari ketunarunguan dapat menghambat perkembangan-perkembangan anak tunarungu dalam melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat menghambat terhadap perkembangan kepribadian secara keseluruhan misalnya aspek psikologis (inteligensinya), emosi dan sosialnya.
Yang perlu diperhatikan terhadap akibat ketunarunguan ialah hambatan dalam berkomunikasi. Sebab komunikasi adalah merupakan hal yang sangat penting di dalam menempuh kehidupan. Kenyataannya anak tunarungu tidak dapat menerima informasi melalui pendengaran, sehingga anak sulit untuk memahami bahasa yang di ucapkan oleh orang lain dan anak tunarungu tidak bisa berkomunikasi apabila tidak diberikan latihan dan bimbingan dalam berbahasa.
Dengan demikian karena pendengarannya kurang berfungsi sehingga ia mengalihkan pengamatannya melalui mata, maka anak tunarungu disebut dengan “insan pemata”. Dengan mata anak tunarungu dapat melihat bahasa lisan dan oral dan dapat melihat ekspresi wajah dari lawan bicara, guna untuk menangkap makna yang disampaikan oleh lawan bicaranya melalui gerak bibir.
         

Mengenal murid dalam belajar



Mengenal Murid Dalam Belajar
Alimuddin ( 1131040040 )
Penjas Kesrek 2013
Pendahuluan
Kedewasaan adalah tujuan yang diharapkan oleh para pendidik bagi anak didik mereka. Beragam kriteria kedewasaan yang diramu dalam berbagai sasaran pendidikan secara terus menerus dianalisis dan diujicobakan dalam rangka tercapainya kedewasaan dengan cara yang lebih mudah bagi para siswa.
Meskipun konsep yang menyediakan berbagai rencana proses pendewasaan tersebut belum tentu dapat dipahami secara benar dan komprehensif oleh para pendidik yang disebabkan adanya berbagai hambatan yang dimiliki dan dihadapi oleh setiap pendidik serta lembaga yang mengadakan proses pendewasaan ini, namun semangat tinggi dari semua pendidik dalam mendewasakan peserta didik merupakan modal yang sangat besar bagi pencapaian proses ini.
Di kelas usia dini seperti Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, Kegiatan Belajar mengajar di kelas dengan jumlah waktu yang ditentukan merupakan kawah penggodokan anak-anak menuju kedewasaan. Pada saat inilah para guru hendaknya mempersiapkan diri secara benar dan well-prepared dalam melaksanakan pengajaran. Terkadang, karena berbagai faktor hambatan, para guru terjebak pada situasi tanpa arah, monoton, tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Sehingga pada suatu hari ada seorang ayah bertanya pada anaknya sepulang sekolah, “Nak, tadi belajar apa di sekolah?”. Kemudian anaknya menjawab sambil menggaruk-garuk kepala, “Gak tahu Yah, pak gurunya marah-marah, abis gitu pak gurunya trus pergi…”. Ayahnya menatap penuh tanda tanya pada sang anak yang akhirnya pergi tanpa solusi.
Ketika suatu rencana pengajaran dipersiapkan dan digelar pada sebuah pengajaran di kelas, situasi pemindahan pengetahuan terjadi dari guru kepada para siswa. Pada prosesnya semua anak akan mengalami transfer pengetahuan dengan kemampuan dan tingkat pencapaian yang bervariasi. Dari hasil pencapaian inilah setiap guru mulai dihadapkan pada kondisi dimana ia sudah atau belum mengenal para siswa dengan sebenarnya. Dengan bervariasinya nilai yang diperoleh para siswa, apa yang harus guru-guru lakukan?. Apakah ia akan melewatinya begitu saja, bahkan tanpa ekspresi?.
Suatu hari penulis menyimak dengan begitu khusuknya pernyataan seorang ibu ahli pendidikan yang mengatakan dalam sebuah seminar bahwa, mendidik dan mengajar dengan niat (motivasi) dan cara-cara yang benar bagi seorang guru merupakan ladang amal yang nilainya tidak akan putus-putusnya (amal jariyah) bahkan hingga akhir hayat. Tetapi sebaliknya jika proses mendidik dan mengajar ini dilaksanakan dengan niat (motivasi) serta cara-cara yang tidak benar; misalnya tidak meratanya pemahaman siswa tentang ilmu yang diajarkan, tidak tuntasnya pengetahuan, atau cenderung asal-asalan, maka bagi seorang guru akan bernilai dosa yang tidak putus-putusnya (dosa jariyah), bahkan hingga akhir hayatnya. Betapa luar biasanya pekerjaan ini.
Kembali kepada persoalan mengenal para siswa tentunya akan melibatkan berbagai macam kemampuan dan kegiatan yang harus dilakukan oleh para guru baik internal, yang meliputi; tingkat kemampua siswa, kebiasaan siswa, kebutuhan siswa, hobby, teman yang disukai , keterampilan yang dimiliki, emosi dan lain-lain), serta faktor eksternal , yang meliputi; keadaan orang tua, tingkat ekonomi, keterlibatan orang tua, perhatian, komunikasi and lain-lain), yang sebaiknya dirancang sejak pertama kali mengenal siswa dihadapannya, kemudian dilakukan tindakan lanjutan yang dituangkan dalam sebuah buku laporan yang memuat berbagai prilaku siswa dari mulai pengamatan kegiatan harian, hingga hasil-hasil nilai akademik seperti ulangan harian, ulangan tengah semester dan seterusnya.
Dengan kelengkapan daftar pengamatan tersebut diharapkan para guru akan mendapatkan kemudahan dalam proses pengenalan para siswanya dengan segala apa adanya, termasuk berbagai kemampuan dan apa yang harus diberikan kepada mereka sebagai bantuan dalam menajalani proses perjalanan menuju kedewasaan mereka.
Ada Apa Dengan KBK dan KTSP
Munculnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan kemudian disusul dengan hadirnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), terlepas dari adanya segala kekurangan, menurut pendapat penulis ini merupakan satu langkah maju meskipun disisi lain Ujian Akhir Nasioanl (UAN) seperti mata rantai yang terputus. Mengapa demikian, didalam kedua kurikulum tersebut, orientasi pendidikan dan pengajaran ditekankan pada tercapainya kompetensi dari setiap sasaran pengajaran yang disesuaikan dengan kemampuan siswa. Tentunya, dalam prosesnya pun semua bentuk kegiatan dan alat ukur kemampuannya harus disesuaikan dengan kemampuan siswa, hingga nanti muncul remedial/pembelajaran ulang (bagi siswa yang memiliki hambatan) dan enrichment/pengayaan materi (bagi siswa yang mengalami percepatan dalam belajar).
Beberapa tahun silam, penulis pernah mempelajari prinsip belajar tuntas yang bila dihubungkan dengan konsep KTSP, terdapat kaitan yang erat, yakni pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pengukuran tingkat pencapaiannya, dimana bila ada beberapa siswa yang mengalami hambatan dalam pencapaian nilai tidak dinyatakan gagal melainkan akan diberikan bimbingan dengan cara dan tingkat kesulitan yang sesuai dengan kemampuan mereka dalam waktu yang ditentukan. Inilah yang disebut sebagai remedial. Sedangkan bagi yang berhasil dan yang mengalami percepatan akan diberikan pelajaran lanjutan dan tambahan. Inilah yang disebut dengan Enrichment.
Bila guru yang benar-benar mengenali siswanya tentunya ia akan melakukan kegiatan semacam ini. Bagi siswa sendiri, kegiatan yang disajikan ini akan menjadi motivasi yang sangat besar bagi mereka. Mereka akan merasa sangat diterima oleh lingkungannya. Tidak ada label pecundang bagi mereka yang mengalami kegagalan dalam pencapaian nilai satu mata pelajaran atau satu kemampuan tertentu.
Kurikulum terkini pun mengamanatkan kepada setiap guru untuk mengakomodasi setiap kemampuan yang dimiliki atau muncul pada siswa setelah mengalami penggalian dalam belajar, dengan memberikan berbagai fasilitas yang mempermudah mereka dalam mencapai kemandirian, stabilitas emosi, sosial dan perasaan utuh sebagai manusia yang memiliki kemampuan.
Sayangnya, adanya UAN (Ujian Akhir Nasioanl) yang dilaksanakan pada akhir kegiatan pembelajaran di kelas akhir menjadikan sebuah kapak pemutus satu rangkaian utuh dalam lingkaran perjalanan pendidikan para siswa. Bagi siswa-siswa yang mengalami kesulitan dan sangat kesulitan dalam penguasaan mata pelajaran yang disajikan dalam UAN, peristiwa ini akan menjadi sebuah horor yang menakutkan sepanjang sejarah hidupnya. Label Pecundang akan muncul kembali dalam benak mereka, Ya Allah, Ya Tuhan, mengapa aku terlahir dengan kemampuan yang tidak terpakai?, tidak ada pengakuan?, Bukan termasuk lambang kecerdasan?. Apakah standar orang cerdas harus lulus mata pelajaran yang di-UAN-kan?. Lalu apakah kemampuan di luar mata pelajaran itu adalah sekumpulan manusia terkutuk yang tidak cerdas?. Lalu mengapa ada Intelgensi dan Emosi?. Mengapa ada akal dan hati?. Dan ternyata, untuk memperjuangkan label manusia cerdas, banyak para guru yang terjerembab kedalam jurang nista dengan menukar kasih sayang yang salah, mereka menipu, berbohong, dengan dalih perjuangan agar semua siswa tersayang mendapat label siswa cerdas melalui lulus UAN. Mengerikan sekali.
Walaupun demikian, semoga ini merupakan pembelajaran bagi kita semua dalam proses mengenali siswa-siswa kita agar mereka dapat berhasil dengan kemampuan yang hakiki, terbina dan bukan diperjuangkan dengan penipuan dan kebohongan.
Indikator Guru yang “Mengenali” Siswanya
Seorang guru yang dinyatakan mengenal siswanya adalah apabila:
Memiliki alasan yang rasional dan produktif mengapa ia mendidik.
Memiliki kemampuan dalam bidangnya
memiliki dan memahami serta melaksanakan perencanaan pengajaran, program pengamatan, Program Komunikasi dengan orang tua, alat-alat pembelajaran dan penilaian, laporan perkembangan belajar siswa beserta analisisnya, dan lain-lain.
Mau dan Mampu berkomunikasi dengan baik dengan semua elemen yang mendukung proses perkembangan siswa baik fisik maupun mental
Mau dan Mampu bekerjasama dengan Orang tua siswa
Bersedia dan mampu menjadi tempat mengeluh semua siswanya serta aktif memberikan dan mencarikan solusi yang terbaik bagi mereka.
Mau dan Mampu mengakomodasi setiap siswanya dengan beragam kemampuan yang mereka miliki.
Indikator Siswa Yang “Dikenali” Gurunya
Merasa nyaman dan semangat tinggi belajar bersama gurunya.
Merasa yakin akan kemampuan gurunya dengan dibuktikan adanya peningkatan kemampuan yang nyata dan berkelanjutan.
Terbimbing dan mendapat fasilitas yang beragam serta merasa begitu dekat dengan guru dan orang tuannya.
Merasa diterima semua orang dan lingkungannya dengan keadaan lahir dan bathin yang dimiliki.
Merasa nyaman setiap saat dan dimanapun mereka berada, terutama di sekolah dan di rumah
Terbuka, komunikatif dan selalu optimis dalam menjalani hidup, dalam belajar, bergaul karena merasa ada jaminan dan dorongan dari orang tua dan gurunya.
Tahapan “Mengenali” Siswa
Dalam proses mengenali siswa, beberapa hal yang harus dimilki dan dipersiapkan guru adalah:
Perhatikan, pahami dan laksanakan indikator diatas, lebih kreatif lagi bila ditambahkan.
Optimalkan sinergi akal dan hati sehingga menjadi sebuah rencana hidup apa arti pendidikan dan pengajaran, tujuannya, sasarannya, manfaatnya, cara-caranya, bagaimana mengukurnya, analisis serta laporan hasil dari upaya-upaya yang telah dilakukan.
Persiapkan berbagai rencana yang tertulis dalam bentuk format-format; pengamatan, berbagai kegiatan komunikasi, berita kasus dan lain-lain sehingga setiap peristiwa yang dialami siswa akan tersimpan dalam data yang akurat, waktu, peristiwa dan penyelesaiannya.
Selalu berhubungan dengan ahli yang mengerti tentang manusia dan segala fenomenanya, baik melalui personal maupun kelembagaan, dengan tujuan mengoptimalkan pencarian solusi dari setiap gejala yang timbul dalam diri anak.
Selalu terbuka dengan siswa, peduli dari setiap sifat, sikap, karakteristik, dan segala masalah mengenai mereka. Lakukan dengan penuh simpatik dan empatik, kasih sayang, keikhlasan, antusias, , dukungan , penghargaan, pemeliharaan dan lain-lain.
Evaluasi
Satu kegiatan dapat dinayatakan berhasil atau tidak harus dibuktikan dengan pengukuran (Evaluasi). Begitupula dalam proses mengenali siswa, tercapai tidaknya upaya guru dalam mengenali siswa yaitu dengan pengukuran yang tentunya dengan menggunakan alat ukur. Alat ukur ini akan berbeda untuk setiap bidang/norma/kegiatan yang akan diukur. Juga bentuk dan alat ukur untuk setiap siswa akan berbeda disesuaikan dengan tingkat serta jenis kemampuan yang dimiliki siswa.
Kebutuhan pengukuran dan alat ukur ini menguras energi yang luar biasa bagi para guru karena ia harus mempersiapkan berbagai jenis alat ukur dan pelaksanaannya. Misalnya, bagi siswa yang mengalami hambatan dalam mata pelajaran Matematika akan diberikan pengukuruan dengan alat ukur yang tingkat kesuiltannya lebih mudah dibanding yang mampu, meskipun pokok bahasan sama. Selain itu, siswa yang mengalami kelemahan dalam bersosialisasi akan diberikan evaluasi yang sesuai dengan pencapaian kemampuannya. Misalnya, dibiasakan tersenyum, menatap, berterima kasih dan lain-lain. Sedangkan bagi siswa yang cepat dalam bersosialisasi dievaluasi dengan cara bagaimana ia mampu mengkoordinasikan sumbangan bencana alam di kelasnya. Sehingga semua siswa akan mendapatkan peran yang seimbang dengan apa yang mereka mampu dan miliki.