Jumat, 01 November 2013

Makalah tentang tuna rungu






Pembahasan tuna rungu


Pengertian Tunarungu
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baiksebagian atau seluruhnya yag diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengaranya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks.


Klasifikasi Ketunarunguan
Pada umumnya klasifikasi anak tunarungu dibagi atas dua golongan atau kelompok besar yaitu tuli dan kurang dengar.
Orang tuli adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar sehingga membuat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik itu memaki atau tidak memakai alat dengar
Kurang dengar adalah seseorang yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan mendengar, akan tetapi ia masih mempunyai sisa pendengaran dan pemakaian alat Bantu dengar memungkinkan keberhasilan serta membantu proses informasi bahasa melalui pendengaran.
Klasifikasi anak tunarung menurut Samuel A. Kirk :
0 db :
Menunjukan pendengaran yang optimal
0 – 26 db :
Menunjukan seseorang masih mempunyai pendengaran yang optimal
27 – 40 db :
Mempunyai kesulitan mendengar bunyi – bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara .
( tergolong tunarungu ringan )
41 – 55 db :
Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara
( tergolong tunarungu sedang )
56 – 70 db :
Hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih punya sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat Bantu dengar serta dengan cara yang khusus
(tergolong tunarungu berat )
71 – 90 db :
Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang – kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan khusus yang intensif, membutuhkan alat Bantu dengar dan latihan bicara secara khusu
( tergolong tunarungu berat )
91 db :
Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada penglihatan dari pada pendengaran untuki proses menerima informasi dan yang bersangkutan diangap tuli ( tergolong tunarungu berat sekali )
Karakteristik Tunarungu
Karakteristik Tunarungu dalam segi emosi dan social
1. Egosentrisme yang melebihi anak normal.
2. Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas.
3. Ketergantungan terhadap orang lain
4. Perhatian mereka lebih sukar dialihkan.
5. Mereka umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa banyak masalah.
6. Mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung.

Ciri-Ciri Anak Berkelainan Pendengaran
a. Psikomotor
1.   cenderung mendapat infeksi telinga.
2.   memiliki sikap badan yang kurang baik.
3.   memperlihatkan gerak tanpa tujuan
4.   berjalan dengan menyeret kaki
5.   Keseimbangan (statis dan dinamis) dan kelincahan biasanya kurang pada peserta didik berpendengaran terbatas dengan komplikasi telinga di dalam.
b. Kognitif
1.   Kemampuan memahami abstrak biasanya terpengaruh.
2.   Kekurangan dalam berkomunikasi merupakan tantangan terbesar dari peserta didik yang berpendengaran terbatas
3.   Kemampuan bahasa dari yang berpendengaran terbatas sering meningkat dengan menggunakan alat pendengar yang memperkeras suara.
4.   Pembaca bibir yang paling kompeten mungkin hanya dapat menangkap ucapan orang lain sebanyak 25 %.


Strategi Instruksional
a. Psikomotor
1.   Berikan bantuan khusus dalam menggunakan bantuan visual, seperti papan pengumuman, papan tulis, pita video
2.   Gunakan indera lain untuk instruksional
3.   Hindari suara yang terlalu banyak dalam ruang, kolam renang atau lapangan permainan
1.   Berikan model dari sikap static dan dinamis yang baik
2.   Gunakan peserta didik yang normal dan anda sendiri sebagai model.
3.   Berikan aktivitas untuk kekuatan kardiovaskuler, kelentukan paling kurang 3 kali per minggu
4.   Hindari aktivitas memanjat seperti tali tangga dan perkakas.
b. Kognitif
1.   Jangan perlakukan peserta didik berpendengaran terbatas sebagai yang bermental terbelakang.
2.   Menirukan gerak yang didemonstrasikan adalah cara berkomunikasi yang penting bagi guru pendidikan jasmani.
3.   Gunakan penangkap perhatian, dengan berbagai cara seperti mengangkat tangan, menghentakkan kaki, alat control jauh, cahaya senter dan bendera berwarna.
c. Afektif
1.   Aktivitas social harus menjadi prioritas tertinggi.
2.   Ambil tindakan sedini mungkin terhadap anak-anak berpendengaran terbatas karena keturunan
3.   Kelas dari peserta didik yang berpendenagaran sangat terbatas harus terdiri dari hanya 7-10 orang
4.   Menurut saat terjadinya ketunarunguan dapat digolongkan menjadi
tiga, yaitu:
a. Masa Pre Natal
Masa pre natal tuna rungu dapat disebabkan oleh :
1). Faktor Hereditas (keturunan)
Yaitu anak yang menderita tuna rungu karena diantara
keluarganya, terutama aya h dan ibunya atau kakek neneknya penderita
tuna rungu, jadi kecacatan atau tuna rungu itu berasal dari
keluarganya.
2). Pada waktu ibu mengandung
Menderita suatu penyakit, misalnya penyakit campak, cacar air,
malaria, sehingga penyakit itu berpengaruh pada anak yang
dikandungnya dan dapat menganggu pendengaran anak.
3). Terjadinya kerancuan pada janin karena pengaruh obat
Ketika ibu mengandung, kemudian ibu meminum obat terlalu
keras misalnya dalam jumlah besar.
b. Masa Natal
Ketunarunguan pada masa natal atau saat kelahiran bayi, ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : karena proses kalahiran ini
mengalami kesuburan sehingga memerlukan alat pertolongan dengan
menggunakan tangan, yang memungkinkan mengenai otak besar dan dalam otak itu terdapat banyak saraf, salah satunya adalah otak saraf
pendengaran, yang mengakibatkan anak menjadi kurang pendengarannya.
c. Masa Past Natal
Adalah masa past natal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain :
1). Karena penyakit : anak menderita panas yang sangat dan terlalu
tinggi akibatnya dapat melemahkan saraf pendengarannya.
2). Otetis medis yang kronis.
3). Cairan otetis medis yang kurang menyebabkan kehilangan
pendengaran secara kondusif (tuli kondusif).
Aktivitas yang Disarankan dan Dilarang
a. Kebugaran Jasmani dan Gerak
Sebagaimana telah diutarakan, banyak peserta didik berpendengaran terbatas membutuhkan program yang memberikan tekanan kepada kebugaran karena mereka cenderung lebih banyak duduk. Berbagai macam aktivitas yang memerlukan kekuatan, daya tahan kardiovaskuler dan kelentukan perlu sedikit disesuaikan atau tidak sama sekali bagi peserta berpendengaran terbatas. Banyak latihan kebugaran yang dapat dilakukan tanpa peralatan, dapat dilakukan dengan posisi rendah atau di tanah. Bila latihan dengan sikap tubuh biasanya tegak, peserta didik yang berpendengaran terbatas yang mempunyai masalah keseimbangan harus diperbolehkan mengambil posisi dengan pusat gravitasi yang rendah. Mereka yang tidak memiliki masalah keseimbangan tidak diperlukan penyesuaian, mereka harus diizinkan berpartisipasi sepenuhnya dalam aktivitas yang berkaitan dengan kesegaran ,termasuk:
·        Angkat Besi
·        Angkat Berat dengan system Universal
·        Latihan Kekuatan Isometrik
·        Senam
·        Lari jarak sedang dan jauh
·        Tes Kesegaran Jasmani
·        Latihan Sirkuit Berorientasi Kesegaran
·        Latihan lari Rintangan berorientasi Kesegaran
·        Program Latihan Rintangan Berorientasi Kesegaran
·        Aktivitas Mengetes Diri Untuk Meningkatkan Kesegaran
b. Keterampilan dan Pola Gerak Dasar
Di samping bentuk baku dari perkembangan keterampilan gerak yang harus diajarkan kepada semua peserta didik, peserta didik berpendengaran terbatas membutuhkan aktivitas yang meningkatkan orientasi irama, sikap tubuh dan keseimbangan.
Satu metode yang tidak menakutkan, yang dapat digunakan mengembangkan keterampilan dasar itu adalah pendidikan gerak(movement education).Penemuan dan eksperimentasi yang terpimpin tentang gerak yang baru dan yang telah dikenal sebagai satu pendekatan yang digunakan dalam pendidikan gerak, dapat membantu mengurangi rasa cemas terhadap gerak pada umumnya. Selain itu, setelah berpartisipasi dalam berbagai macam gerak, rasa cemas peserta didik mungkin akan berkurang apabila gerak baru diperlukan di masa yang akan datang.
Aktivitas keseimbangan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi peserta didik berpendengaran terbatas yang pada umumnya kurang baik dalam keseimbangan. Walaupun pusat keseimbangan tidak dapat diperbaiki, keseimbangan seakan-akan dapat diperbaiki dengan meningkatkan kepekaan indera lain terutama kinestetik dan visual. Tugas keseimbangan yang sederhana dengan factor bahaya kecil adalah tugas yang dilakukan di lantai dengan sikap bungkuk atau berdiri. Aktivitas yang ada unsure tinggi (Tangga, Tali, Balok keseimbangan yang tinggi) pada umumnya harus dihindarkan. Aktivitas memutar tubuh juga tidak disarankan bagi peserta didik yang memiliki masalah keseimbangan.
Irama dapat secara efektif diajarkan dengan menggunakan penglihatan, pendengaran residual, indera peraba dan kinestetik. Banyak bentuk gerak seperti berbaris dapat diajarkan dengan berhasil dengan melalui cara menirukan. Lonceng, peluit, dengan nada rendah, fonograf, mikrofon dan megafon dapat menimbulkan getaran yang dapat dirasakan oleh peserta didik berpendengaran terbatas.
c. Aktivitas Individual dan Kelompok
Peserta didik berpendengaran terbatas dapat berhasil dalam semua tipe permainan individual, ganda dan kelompok, Berikut diberikan beberapa saran penyesuaian dan pedoman untuk individual dan kelompok (French dan Jasma:1982,197):
1.   Permainan dengan sedikit peraturan, tidak ada unsure salah, dengan batasan-batasan minimal akan meningkatkan keberhasilan dengan cepat. Permainan tradisi apapun dapat dimodifikasi, kadangkala diperlukan bantuan peserta didik lain agar tujuan dapat dicapai.
2.   Bila peraturan permainan perlu dipatuhi, sungguh-sungguh, guru pendidikan jasmani harus menggunakan bantuan visual dan usahakan agar peraturan dasar dan isyarat sepenuhnya dipahami oleh semua peserta sebelum aktivitas dimulai.
3.   Peserta didik berpendengaran terbatas dapat diberikan bahan tertulis untuk melengkapi instruksi. Bahan tersebut dapat mengulangi peraturan dan strategi permainan yang telah diperkenalkan dalam kelas.
4.   Untuk aktivitas yang memungkinkan terjadi kepala ada kontak dengan benda atau orang lain, semua alat Bantu pendengaran harus dilepas. Aktivitas ini tidak disarankan untuk peserta didik yang cenderung akan lebih merusak mekanisme pendengaran. Aktivitas seperti tinju, sepak bola, Amerika termasuk dalam kategori ini.
5.   Permaianan yang harus menutup mata dengan kain tidak disarankan untuk semua peserta didik yang pendengaranya tidak memadai.
6.   Gunakan peluit dengan suara rendah. Tidak semua peluit mempunyai tingkat Hz yang tetap.
7.   Golf mensyaratkan teman bermain yang berpendengaran baik untuk bereaksi terhadap teriakan “Bola”.
Unsur social dalam permainan sama pentingnya dengan perolehan dan pemeliharaan keterampilan jasmani. Kemampuan dalam aktivitas waktu luang juga bernilai bagi berpendengaran terbatas setelah meninggalkan lembaga pendidikan.

Kemampuan Umum Anak Tuna Rungu
Anak penyandang tuna rungu pada dasarnya tidak terlalu memiliki karakteristik dan kemampuan umum yang berbeda dengan anak-anak normal yang lainnya. Kemampuan umum anak tuna rungu dalam pendidikan jasmani dan olahraga hampir sama dengan kemampuan anak-anak normal, hanya saja pada anak tuna rungu agak terganggu dan terhalang jika aktivitas tersebut menggunakan suara-suara sebagai aba-abanya. Terlebih lagi pada anak yang tuli yang sama sekali sulit untuk dapat mendengar suara sebagai aba-aba, akan terhalang dalam aktivitas dan kemampuannya.
Psikologis dan sosial anak tunarungu
Anak penyandang tuna rungu pada dasarnya tidak terlalu memiliki karakteristik dan kemampuan umum yang berbeda dengan anak-anak normal yang lainnya. Kemampuan umum anak tuna rungu dalam pendidikan jasmani dan olahraga hampir sama dengan kemampuan anak-anak normal, hanya saja pada anak tuna rungu agak terganggu dan terhalang jika aktivitas tersebut menggunakan suara-suara sebagai aba-abanya. Terlebih lagi pada anak yang tuli yang sama sekali sulit untuk dapat mendengar suara sebagai aba-aba, akan terhalang dalam aktivitas dan kemampuannya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita mendengar banyak peristilahan yang muncul. Untuk anak yang mengalami kelainan pendengaran, ada yang mengatakan “Tuli, bisu, tunawicara, cacat dengar, kurang dengar ataupun tunarungu” Istilah-istilah dan pandangan tersebut tidaklah semuanya benar, sebab bila memperhatikan pengertian dari masing-masing kata menimbulkan pengertian yang kabur, dan tidak dapat menggambarkan kepada keadaan yang sebenarnya. Namun istilah yang lazim dipergunakan dalam pendidikan luar biasa adalah Tunarungu.
Peserta didik yang mengalami gangguan pendengaran , sering juga disebut dengan anak tunarungu. Ada dua macam pengertian atau definisi mengenai ketunarunguan sesuai dengan bidang garapan yang memandangnya, yaitu pengertian berdasarkan medis dan pengertian berdasarkan pedagogis.
Secara medis ketunarunguan berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan fungsi dari sebagian atau seluruh alat/organ-organ pendengaran.
Sedangkan secara pedagogis ketunarunguan adalah kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan, sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus. Kemudian Dwidjosomarto dalam Somad (1996) yang mengutip pendapat dari hasil seminar pada tahun 1988 di Bandung menyebutkan” bahwa tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai ransangan terutama melalui indera pendengaran.
Bila memperhatikan dari ketiga defenisi tersebut maka dapat di-simpulkan bahwa “tunarungu adalah mereka yang kekurangan atau kehilang pendengaran walaupun telah diberikan rangsangan tetapi tetap tidak dapat memahami atau menangkap reaksi yang ada, sehingga menghambat terhadap perkembangannya, dan dampaknya kepada kehidupan yang kompleks dengan demikian perlu layanan bimbingan dan pendidikan khusus.
Dampak terhadap kehidupannya secara kompleks mengandung arti bahwa akibat dari ketunarunguan dapat menghambat perkembangan-perkembangan anak tunarungu dalam melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat menghambat terhadap perkembangan kepribadian secara keseluruhan misalnya aspek psikologis (inteligensinya), emosi dan sosialnya.
Yang perlu diperhatikan terhadap akibat ketunarunguan ialah hambatan dalam berkomunikasi. Sebab komunikasi adalah merupakan hal yang sangat penting di dalam menempuh kehidupan. Kenyataannya anak tunarungu tidak dapat menerima informasi melalui pendengaran, sehingga anak sulit untuk memahami bahasa yang di ucapkan oleh orang lain dan anak tunarungu tidak bisa berkomunikasi apabila tidak diberikan latihan dan bimbingan dalam berbahasa.
Dengan demikian karena pendengarannya kurang berfungsi sehingga ia mengalihkan pengamatannya melalui mata, maka anak tunarungu disebut dengan “insan pemata”. Dengan mata anak tunarungu dapat melihat bahasa lisan dan oral dan dapat melihat ekspresi wajah dari lawan bicara, guna untuk menangkap makna yang disampaikan oleh lawan bicaranya melalui gerak bibir.
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar